3.25.2012

Aku dan FOSIKAGI


FOSIKAGI adalah sebuah lembaga dakwah fakultas (LDF) yang menjadi wadah silaturahim bagi seluruh mahasiswa muslim FKG Unpad. FOSIKAGI layaknya sebagai sebuah telaga bagi teman-teman muslim FKG yang kehausan akan ilmu agama yang notabene di dunia perkuliahan hanya ada pada semester awal saja. Begitu pun denganku, FOSIKAGI menjadi rumah kedua bagiku. FOSIKAGI menjadi tempat yang sangat nyaman dan menyenangkan untuk berbagi, berdiskusi serta mensyi’arkan kalimatullah. 
                FOSIKAGI kuharapkan dapat menjadi sebuah rumah dengan penuh kehangatan dan ketentraman di dalamnya. Layaknya sebuah rumah seorang muslim yang didalamnya dipenuhi dengan lantunan surat cinta Sang Pencipta, pintu ketaatan kepadaNya, keakraban, canda tawa yang bermakna serta diskusi hangat antar anggota keluarga. Semua aktivitas di dalamnya berlandaskan atas keinginan mendekat kepada Rabbul ‘alamin.
                Aku dan FOSIKAGI haruslah seperti anak dan rumah keluarganya. Menjadikan FOSIKAGI sebagai rumah kedua, seperti saat aku menginjakkan kaki di sekolah menengah atas. Aku menjadikan JAMESTAR sebagai rumah keduaku. Rumah tarbiyah yang mampu menghasilkan setiap yang keluar dari rumah itu menjadi pribadi rabbani. Tentu aku sadari hal itu perlu proses, perlu waktu. Jika rumah tarbiyah ini mampu menjadi “bengkel” atau “rumah sehat” bagi mahasiswa FKG Unpad utamanya, maka hal itu akan baik untuk menghasilkan pribadi-pribadi rabbani yang berorientasikan Allah semata.  “Rumah Sehat” bukan hanya untuk orang yang merasa sakit ruhiyahnya baru datang, tapi bagi semua keadaan ruhiyah, baik sakit ataupun sehat untuk meningkatkan performanya dalam kehidupan.
                Aku berharap aku pun akan menjadi pribadi yang mengatakan pada FOSIKAGI “inilah aku, dan aku siap untuk menyesuaikan diri dengan aturan Allah”, bukan pribadi yang mengatakan “inilah aku, dan terimalah aku apa adanya”. Setauku, memang seperti itulah seharusnya seorang muslim yang siap mengikrarkan dirinya menjadi jundullah (tentara Allah). Aku sebagai anak dari rumah yang bernama FOSIKAGI haruslah bisa membereskan hal yang seharusnya dibereskan, membersihkan hal yang seharusnya dibersihkan serta memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki. Ketika ada kerombengan ukhuwah, haruslah diri ini berusaha untuk memperbaikinya. Ketika ada aib dari anggota keluarga FOSIKAGI haruslah aku berusaha menutupinya. Ketika ada kebocoran “pondasi” FOSIKAGI haruslah aku pun memperbaiknya. Perbaikan, pembersihan serta pemberesan apapun yang berada di FOSIKAGI tentu haruslah sesuai dengan “Guide book” dalam hidup kita.
                The last, aku dan FOSIKAGI akan sangat indah seindah langit biru jika kami mampu menggerakkan dan meneruskan roda perjuangan yang senantiasa “diwariskan” dengan pergerakan yang kentara dan dinamis demi FKG yang madani. Aamiin … :D

Makna Syahadat Menurutku

  No comments    
categories: 

                                   
                  Syahadat merupakan gerbang awal setiap orang yang ingin masuk Islam. Syahadat bermakna pengakuan serta kesaksian. Seperti kita ketahui, bahwa syahadat merupakan rukun Islam yang pertama sebelum solat, zakat, puasa serta beribadah haji. Sungguh sangat mudah jika seseorang ingin masuk ke dalam Islam. Hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yang berbunyi “ Asyhadu An Laailaaha Illallah wa Asyhadu anna muhammadarrasulullah” orang tersebut sudah secara sah masuk agama Islam. Satu-satunya agama yang haq. Tak ada yang lain.
                  Syahadatain bermakna bahwa kita telah bersaksi dan mengakui bahwa tiada tuhan yang berhaq disembah dan diibadahi selain Allah. Tak ada yang lain, hanya Allah saja. Dan kita pun bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah, karena kita memang berada dan masuk ke dalam zaman nabi terakhir, Rasulullah Muhammad saw. Oleh karena itu, ketika kita mengganti syahadat kita selain dengan nama Allah dan Muhammad, berarti kita telah mengingkari Allah sebagai tuhan dan Rasulullah Muhammad sebagai nabi kita yang terakhir. Maka, syahadat kita pun batal dan otomatis kita telah keluar dari gerbang Islam.
                  Memang sangat mudah bagi kita untuk megucapkan dua kalimat syahadat tersebut, namun makna di dalamnya sungguhlah begitu mendalam. Syahadat merupakan gerbang bagi pembebasan kita dari kebodohan (kejahiliahan), penerimaan dengan ikhlas, keyakinan, ketaatan, serta kecintaan yang tentunya menuntut segalanya dari diri kita. Memang dalam Al Quran dikatakan bahwa “Tidak ada paksaan dalam agama ini..”, namun makna dari ayat itu adalah bagi orang-orang yang masih berada di beranda luar dari Islam. Tetapi, ketika kita memasuki gerbang Islam dengan mengucapkan syahadatain, maka firman Allah “masuklah engkau ke dalam islam secara menyeluruh ..”. Otomatis, kita haruslah mengikuti aturan yang berada dalam Islam dengan segala sesuatu yang tentunya semua aturan yang telah Allah tetapkan adalah hal terbaik bagi makhlukNya.
                  Syahadatain akan menuntut kita untuk ridha, siap berkorban, takut akan kebencian Allah kepada kita, mengharap padaNya, serta taat dan menantikan pertemuan denganNya. Sekarang-sekarang ini, sedang maraknya “golongan sesat” yang di awal perekrutan anggotanya adalah dengan mengatakan bahwa kita harus berbai’at (bersyahadat ulang) dengan embel-embel bahwa berbai’atnya haruslah kepada orang yang ada keturunannya dari Rasulullah, dengan menyodorkan berbagai macam ayat dan hadits yang tentu banyak ditelan mentah-mentah bagi orang yang masih polos dengan Islam.
                  Memang semua dalil itu baik, namun ketika suatu ayat atau hadits tidak ditempatkan pada tempat atau moment yang seharusnya, maka itu pun akan menyesatkan. Seperti se-“golongan sesat” ini, yang ketika di awal perekrutan mengatakan ini dan itu seolah-olah benar dengan dalil yang mereka sudah hafal, yang akan meyakinkan targetnya. Setelah sang target masuk, maka dari banyak kesaksian yang pernah mengikuti “golongan” ini, mereka akan dituntut untuk banyak “berinfaq” demi “menebus dosa” dan membentuk pemerintahan Islam, bahkan mencuri dari orang muslim yang belum berba’iat pun diperbolehkan. Padahal uang yang dikatakan “infaq” tadi banyaklah dipakai oleh para petinggi mereka untuk berfoya-foya semata. Sudah kacau memang, “golongan” ini menggunakan syahdatain demi kepentingan financial pribadi dengan berbagai alasan dan dalil yang seolah-olah benar.  Padahal sahabat pun tidak pernah mencontohkan yang namanya “syahadat ulang”, karena dalam salat pun kita selalu membaca syahadatain guna mengingatkan dan terus menjaga akidah kita.
                  Maka dari itu, pentinglah bagi kita untuk memahami makna syahadatain yang menjadi pintu gerbang kita memasuki Islam yang indah ini. Sungguh logis bukan Allah menempatkan syahadatain sebagai rukun Islam yang pertama?, tentu karena sebelum kita melakukan rukun-rukun yang lain, keyakinan, keikhlasan dan penerimaan yang merupakan makna syahadatain itu haruslah kita tanamkan terlebih dahulu dalam hati kita sebagai garis awal kita melangkah di jalan Allah ini. 

3.10.2012

Umur memang tak ada yang tau

  No comments    
categories: 
Bismillah...

3.02.2012

Pentingnya Tarbiyah Dzatiyah

  No comments    
categories: 

Ada sesuatu yang lezat dalam beriman, ada sesuatu yang lezat dalam berkorban untuk Allah. Inilah orang-orang yang faham betul tentang pentingnya tarbiyah dzatiyah. Yaitu orang yang tau dan faham betul bagaimana tarbiyah dzatiyah itu untuk dirinya, untuk keluarganya dan untuk binaan serta murid-muridnya. Dalam hal ini murid lebih tepat dibanding dengan kata siswa, karena murid berasal dari kata arada yang artinya punya keinginan yang senantiasa punya kecintaan terhadap kebenaran. Qowwiman bagaimana bisa menopang topangan-topangan bagi tarbiyah dzatiyah, bagaimana kita mengembangkan modal tarbiyah dzatiyah (pengetahuan dan wawasan, dalamnya ruhiyah dan kematangan diri ) yang kita punya. Dalam hal ini ada setidaknya enam hal yang harus terkumpul dalam diri kita agar materi-materi yang kita terima ataupun materi-materi yang kita berikan tidak hanya menjadi onggokan catatan atau kebanggaan dan hafalan ilmiah semata.
Yang pertama adalah ikhlas ( hudurul niat ). Seperti Imam nawawi yang menempatkan hadits pertamanya dengan ikhlas. Contohnya banyak orang yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji, tetapi memiliki niat yang kuat  untuk ibadah haji, insya allah akan selalu ada jalan. Maka, ihdharul niat sangatlah penting. Seperti dalam hadist Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang tidak pernah ada niat dalam dirinya untuk berjuang di jalan Allah kemudian jika ia mati, maka ia mati dalam kemunafikan”.
Yang kedua al istima’ wattibail ahsan (mau mendengar dan mengikuti yang terbaik). Semua firman baik, namun ada momen –momen yang tidak tepat jika kita memberikan suatu firman yang memang tidak tepat untuk momen tersebut, maka hasilnya pun tidak akan tepat.
Yang ketiga memiliki posisi dan sikap yang sama dengan para rasul. Banyak sirah yang mengisahkan tentang para rasul, tapi satu inti dari semuanya adalah tentang keteguhan hati. Kesesatan timbul dari dua hal : jahil berasal dari orang yang tidak punya ilmu, namun orang yang punya ilmu bisa tersesat karena hawa nafsunya.
Yang keempat dan kelima adalah sabar dan kokoh. Kita haruslah kuat dalam memikul beban. Surat 21 ayat  23, yang artinya :
“Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)?. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai”.

            Sumber : Ceramah Ust.Rahmat Abdullah