Mata merupakan salah satu indera yang Allah berikan untuk kita. Semua orang sudah tahu, bahwa mata merupakan alat yang Maha Melihat berikan untuk kita, untuk apa? tentu untuk melihat. Struktur mata yang begitu rumit dengan segala aksesori yang begitu mengagumkan bahkan ketajamannya pun mengalahkan kamera tercanggih sekalipun. Barisan terdepan terdiri dari kornea mata yang bening dan sklera yang berwarna putih buram, lapisan selanjutnya adalah lapisan koroid yang berwarna cokelat yang berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen untuk mata, terdapat juga badan siliaris yang mengendalikan tekanan bola mata.
Tenang - tenang ini baru lapisan luar dan sebagian dari lapisan tengah..masih ada lagi nih. Lapisan selanjutnya ada iris, iris ini mempunyai pigmen yang menentukan warna mata kita. Bisa kita lihat ya, jika bercermin rata-rata mata orang Indonesia mungkin berwarna hitam atau cokelat. Jika bergeser ke negara barat sana, ada orang yang matanya berwarna hijau atau biru. Nah, indah bukan semuanya?. Kembali ke topik ya, setelah iris ada nih pupil yang menangkap cahaya dan mengendalikannya. Selain itu, ada lensa yang memfokuskan penglihatan kita terhadap objek serta retina yang paling peka terhadap sinar yang diteruskan oleh sang pupil yang nantinya disampaikan ke sel-sel saraf penglihatan atau disebut Nervus Optikus.
Itu baru bagian yang dalam-dalam, nah ada juga nih tim pelindung yang sering ngeksis kalau lagi ada acara-acara hajatan, Loh? hubunganya? silahkan pikirkan..hehe. Apa coba? Contohnya kaya bulu mata, orbita, kelenjar air mata, kelopak mata ( coba bayangin kalau ga ada kelopak mata, serem ga sih?buletnya sang bolat mata bakalan terlihat dan gak akan ada aksi mengedip),otot mata luar, alis dan juga apparatus lacrimalis. Wah banyak banget kan? Sudah sepatutnya kita sebagai makhluk lemah yang oleh Sang Maha Kuasa ciptakan dengan begitu detail dan kerennya ini bersyukur terhadap apa yang telah dianugerahkan kepada kita.
Nikmat melihat sudah tak bisa dinafikkan lagi, bahwa itu merupakan salah satu dari nikmat – nikmat besar lain yang Allah anugerahkan untuk kita. Oleh sebab itu, nikmat melihat sudah seharusnya kita gunakan dan manfaatkan untuk hal-hal yang memang dihalalkan oleh Allah untuk kita. Dan harus kita ingat bahwa dalam Kalam Ilahi, bahwa Allah memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan ( Ghaddul Bashar), seperti yang tertera dalam surat An-Nur ayat 30-31 : “ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat" (30). “ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (31).
Mengapa Allah memerintahkan kita untuk meundukkan pandangan terlebih dahulu daripada menjaga kemaluan? Ini sangat rasional, mungkin kita ingat pepatah yang mengatakan “dari mata turun ke hati”. Memang betul, semua berawal dari pandangan sebagaimana api berawal dari percikan bara. Kita harus ketahui dulu apa makna dari menundukkan pandangan (Ghaddul Bashar). Ghaddul Bashar sendiri secara etimologi gaddhul artinya menahan atau mencegah, sedangkan Al Bashar artinya melihat yang menunjukkan pengetahuan terhadap sesuatu. Secara garis besar ghaddul basher berarti menahan pandangan matanya dari hal-hal yang diharamkan serta tidak melihat kecuali dari yang dierbolehkan. Termasuk jika tidak sengaja melihat sesuatu atau tempat yang diharamkan, maka ia harus memalingkannya.
Ibnul Qayyim berkata : “ Pandangan merupakan pondasi umum dari berbagai peristiwa yang dialami manusia. Pandangan akan melahirkan bayangan yang kemudian dari bayangan tersebut akan lahir pikiran. Lalu dari pikiran tumbuhlah syahwat. Syahwat akan melahirkan keinginan kuat yang kemudian menumbuhkan menjadi niatan yang pasti, lalu terlaksanalah suatu perbuatan. Tidak ada seorang pun yang mampu menghalanginya.Tentang hal ini, muncullah sebuah pernyataan, “ Sabar dalam menundukkan pandangan lebih mudah daripada sabar dalam menanggung rasa sakit yang ditimbulkan setelahnya.
Banyak hadits-hadits baik sahih, hasan, bahkan dhaif yang berisi tentang menundukkan pandangan. Diantaranya adalah Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah swt telah menetapkan atas anak adam bagiannya dari zina. Ia pasti melakukannya tanpa bisa dihindari. Mata itu berzina dan zinanya dengan memandang. Lisan itu berzina dan zinanya adalah berbicara. Kaki itu berzina, zinanya adalah melangkah. Tangan itu berzina, zinanya adalah memegang. Hati itu berzina, zinanya adalah mempunyai keinginan dan mengangankan. Dan kemaluanlah yang akan membenarkan dan mendustakannya.”
Abdullah bin Mas’ud berkata “Tidaklah ada suatu pandangan kecuali di dalamnya ada keinginan setan”
Meliarkan pandangan dapat membuat kesakitan yang berat di kemudian hari. Setelah kita memandang sesuatu yang tidak diperbolehkan, porsi kita untuk mengingat Allah akan berkurang karena ada hasrat atau keinginan kita untuk memikirkan apa yang telah kita lihat ( yang diharamkan ) oleh Allah. Berikut beberapa akibat dari meliarkan pandangan :
a. Maksiat dan menyelisihi perintah Allah
b. Mencerai beraikan hati dan menjauhkannya dari Allah
c. Akan melemahkan hati dan membuatnya sedih
d. Hati menjadi gelap
e. Mengeraskan hati dan menutup pintu ilmu
f. Memberi peluang setan masuk ke dalam hati karena ia bisa masuk melalui pandangan lalu tembus ke dalam hati lebih cepat dari gerakan udara menembus ruangan kosong.
g. Menjadikan lalai dan mengikuti hawa nafsu
Penyebab sesorang meliarkan pandangannya yaitu :
a. Mengikuti hawa nafsu dan menuruti langkah setan serta menaatinya
b. Tidak faham dengan dampak buruk pandangan
c. Menyaksikan film, sinetron, majalah dan gambar yang merangsang syahwat dan mendorongnya ke arah perzinahan.
d. Tidak mau menikah
e. Adanya kenikmatan semu yang dirasakan dalam jiwa orang yang memandang
f. Terlalu sering ikhtilat
g. Bersoleknya wanita di tempat-tempat umum
Ada beberapa kisah yang menggambarkan bahayanya meliarkan pandangan. Saya akan bahas satu saja untuk kali ini. Alhafizh Ibnu Katsir menyebutkan sebuah peristiwa yang terjadi pada tahun 278 H, berikut ini : pada tahun tersebut meninggallah Abdah bin Abdurrahim, semoga Allah menjauhkannya dari kebaikan. Ibnul Jauzi menceritakan bahwa orang ini adalah salah seorang mujahidin yang berangkat ke Romawi, ketika terjadi salah satu peperagan dimana kaum muslimin menyerang sebuah wilayah dari Negara Romawi. Tiba-tiba ia memandang seorang wanita Romawi yang berada di benteng, ia tetarik kepadanya. Ia mengirimkan surat padanya yang isinya “ bagaimana cara mendapatkanmu?” Wanita itu berkata “ Masuklah agama nasrani kemudian naiklah kemari!” Ia pun memenuhi ajakan wanita itu. Tidak ada yang dikhawatirkan kaum muslimin kecuali perbuatannya tersebut akan mengakibatkan bencana dan kesuliatan yang besar bagi kaum muslimin.
Nah kawan, begitu besarnya akibat dari meliarkan pandangan kita. Oleh karena itu marilah kita berusaha menundukkan pandangan kita dari apa yang Allah haramkan. Mari gunakan nikmat melihat ini untuk hal-hal yang diperbolehkan saja. Gunakan nikmat melihat ini untuk mentafakkuri ciptaanNya serta mensyukuri segala karuniaNya. Sungguh banyak manfaat dari menundukkan pandangan, diantaranya adalah membersihkan hati dari penyesalan, mendatangkan cahaya dan kegembiraan, mewariskan firasat yang benar, membuka jalan pintu ilmu, serta menguatkan dan mengokohkan akal.
Mari laksanakan Gadhul Bashar :)
Oleh : Tsamrotul Fuadah
Referensi :
Ketika Mata Mesti Dijaga – Abu Maryam Thariq bin ‘Athif
Jurnal Kuliah - Fisiologi
0 comments:
Post a Comment